Selama saya mengikuti study tour ke Taman Mini Indonesia Indah, saya sempat mengunjungi Anjungan Bali, yaitu tempat yang memperkenalkan saya terhadap lingkungan dan kebudayaan Bali tanpa harus mengunjungi daerah Bali. Anjungan Bali menambah wawasan saya tentang daerah Bali dari bangunan yang dibentuk berdasarkan arsitektur bernuansa kebudayaan Bali. Anjungan Bali dibuat untuk memperkenalkan lingkungan dan kebudayaan Bali, serta menjaga dan melestarikan kebudayaan Bali sehingga kebudayaan Bali tetap terjaga dengan baik. Kesan saya adalah sangat menyenangkan dapat mengetahui tentang daerah dan kebudayaan Bali tanpa harus ke daerah Bali karena menambah wawasan saya untuk mengetahui salah satu kebudayaan di Indonesia yang harus dilestarikan dan dijaga dengan baik.
Di
TMII, anjungan Bali tampil dalam bentuk lingkungan perumahan adat Bali. Pada
dasarnya, perumahan Bali senantiasa menampilkan pola arsitektur tradisional,
yang bersumber pada Astha Kosala-kosili, yang di dalamnya terdapat falsafah Tri
Hita Kirana, yang menerangkan adanya tiga penyebab kebahagiaan, yaitu hubungan
yang harmonis antar manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama dan manusia
dengan alam (lingkungan hidup). Dijelaskan pula bahwa pada dasarnya perumahan
adalah kebutuhan perorangan secara pribadi. Oleh karena itu, faktor siapa yang
akan menempati rumah tersebut akan berpengaruh besar terhadap proses
pembangunannya.
Anjungan
Bali merupakan sebuah areal yang berpagar dan bertembok di sekelilingnya. Gapura
masuknya, sebuah Candi Bentar, berupa bangunan belahan kembar dalam posisi
berhadap-hadapan, yang oleh karena itu disebut sebagai Gapura Belah. Memasuki
areal anjungan, terdapat Balai Bengong (tempat berangin-angin yang terdapat di
bagian kiri halaman), Balai Pengambuhan yang berfungsi sebagai balai kesenian
dan balai peruman yang berfungsi sebagai balai musyawarah.Dibatasi dengan pagar
memanjang, dimana terdapat pintu pintu masuk berupa Candi Gelung orang sampai
ke halaman dalam (jeroan). Disini terdapat bangunan balai Aling-aling (di
belakang Candi Gelung) yang berfungsi sebagai penolak bala, maksudnya pikiran
yang kurang baik yang didapat diluar jangan sampai dibawa ke dalam, hingga unsur-unsur
jahat tidak dibawa ke dalam rumah.
Di
dalam halaman ini juga terdapat balai rangki, tempat penyiapan kelengkapan
upacara keagamaan, dan balai gede tempat upacara manusia-yadya
dilaksanakan.Upacara manusia yadya ialah rangkaian upacara yang diadakan sesuai
dengan siklus kehidupan manusia, antara lain, upacara bayi dalam kandungan,
kelahiran, potong gigi, perkawinan, kematian dan lain-lain. Di bagian lain
terdapat bangunan pawon, dapur keluarga dan Jineng, yang aslinya sebagai tempat
penyimpanan padi (lumbung).Terdapat pula bangunan Balai Dauh atau Singosari dan
balai Bandung. Masing-masing aslinya berfungsi sebagai tempat tinggal para
jejaka dan gadis. Di halaman ini masih terdapat sebuah bangunan lagi yaitu loji,
yang berfungsi sebagai tempat istirahat sehabis berkerja keras.
Masyarakat
bali adalah masyarakat religious. Karena itu di bagian lain terdapat pula areal
khusus yang disebut merajan atau sanggah, yang merupakan tempat tersuci bagi
keluarga. Di dalam merajan ini terdapat beberapa bangunan suci, antara lain
Padmasari, bangunan tinggi dengan bentuk kursi kosong di bagian atasnya, rong
telu dan taksu, yang masing-masing mempunyai fungsi sendiri di bidang
keagamaan.Di bidang seni budaya Bali cukup terkenal. Hasil kerajinannya, antara
lain, patung, topeng, kain tenun dan lain-lain, umumnya merupakan karya seni
yang bercorak spesifik Bali. Sedangkan dalam seni tari, orang mengenal gerak tari
bali yang dinamis antara lain, tari Pendet, Legong, baris, Manuk Rawa, dan
lain-lain. Berbagai karya seni itu dapat kita jumpai di anjungan Bali. Di sini,
orang dapat menyaksikan berbagai jenis patung model Cokot ataupun model karya I
Nyoman Togog. Sedangkan di hari Minggu dan hari libur, anjungan ini senantiasa
tampil dengan berbagai pertunjukan kesenian seperti pertunjukan barong dan
lain-lain.
Oleh: Kevin Prilian
11 IPS SMA MM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar